KANADA (Berita SuaraMedia) - Penjualan barang elektronik yang terus
melonjak hingga satu dekade mendatang diperkirakan akan terjadi di
negara-negara berkembang dalam 10 tahun ke depan. Meningkatnya
penjualan, tentu saja berdampak pada penumpukan sampah elektronik yang
membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.
United Nations
Environmental Program (UNEP) mengingatkan agar negara-negara berkembang
mengantisipasi ancaman bahaya sampah elektronik. Negara-negara
berkembang akan menjadi tempat pembuangan sampah yang dilakukan
negara-negara maju.
"Saat ini dunia sedang menghadapi gelombang
dahsyat serbuan sampah elektronik, khususnya di negara-negara
berkembang," ujar Achim Steiner, UNEP Executive Director seperti
dilansir Cellular-News.
Steiner mengungkapkan, sampah elektronik
per tahun mencapai 36 juta metrik ton. Jumlah sampah elektronik yang
berasal dari komputer bekas juga diketahui akan melonjak empat kali
lipat di tahun 2020.
UNEP juga mengungkapkan bahwa China
memberikan kontribusi sebesar 2,6 juta metrik ton sampah elektronik ke
seluruh penjuru dunia. sedangkan Amerika Serikat berada di urutan kedua
dengan 3 juta metrik ton sampah elektronik.
Selain itu, diketahui sejumlah negara di Amerika dan Eropa
mengirimkan sampah berupa komputer-komputer bekas ke negara-negara di
Afrika. Tak hanya itu, laporan tersebut juga menyebutkan sampah
elektronik yang dalam beberapa tahun ini melonjak drastis disumbang oleh
peralatan komunikasi seperti ponsel.
Sementara itu, UNEP
menyatakan sampah-sampah elektronik berbahaya seperti kulkas yang
mengandung gas chlorofluorocarbons dan hydrochlorofluorocarbon akan
meningkat tiga kali lipat di India.
Sebelumnya, untuk pertama
kali dalam sejarah olimpiade, medali yang akan diberikan untuk para
pemenang terbuat dari logam yang terdapat dari komponen elektronik
bekas.
Dilansir melalui Cellular News, perusahaan asal Kanada
yang menjadi penyuplai metal untuk medali olimpiade musim dingin, Teck
mengungkapkan bahan emas, perak dan tembaga yang digunakan untuk medali,
dikumpulkan dari logam-logam yang terdapat dari barang elektronik bekas
(eWaste).
Penggunaan eWaste ini dianggap cukup membantu,
apalagi di tengah langkanya komponen logam lain seperti emas dan
tembaga. Bahkan penggunaan logam saat ini dianggap terlalu beresiko,
mengingat senyawa tersebut tidak dapat diperbaharukan.
Masih
melalui sumber yang sama dikatakan, jumlah eWaste di Eropa meningkat
tiga hingga lima persen setiap tahunnya, atau hampir mencapai tiga kali
dari alur pengumpulan total sampah di Eropa. Oleh karena itu, badan
penanggulangan sampah dan perangkat elektronik di Eropa (WEEE) akhirnya
menggunakan kebijakan untuk tidak menyatukan sampah elektronik dengan
sampah jenis lainnya.
Meski dikumpulkan, sampah tersebut tidak
didaur ulang melainkan di ekspor ke beberapa negara berkembang untuk
dijadikan barang 'second' yang masih bisa digunakan. Secara tidak
langsung, negara berkembang yang menerima ekspor eWaste tersebut akan
menjadi tempat pembuangan akhir eWaste dari Eropa.
Selain itu,
terkadang beberapa pihak juga melakukan ekspor eWaste secara ilegal ke
negara-negara seperti Ghana, Nigeria dan China. Sayangnya, negara-negara
tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mendaur ulang eWaste tersebut
secara aman dan bertanggung jawab. Apalagi, banyak dari perangkat
elektronik ini yang mengandung komponen beracun, yang dapat membahayakan
kehidupan lingkungan dan manusia.
Sayangnya, Teck tidak
membuat materi eWaste dalam medali ini mendominasi kumpulan komponen.
Teck hanya menggunakan logam dari eWaste ini dalam jumlah sekian persen.
Namun begitu, Teck mengupayakan agar medali tersebut pun dapat di daur
ulang di kemudian hari.
Ke depan, WEEE berupaya untuk
menawarkan medali dengan bahan eWaste ini ke pertandingan-pertandingan
lainnya. Penggunaan medali eWaste dalam olimpiade musim dingin ini
dianggap sebagai yang pertama dan cukup menginspirasi.
Mother
Jones melaporkan bahwa 3 jenis medali Olimpiade Musim Dingin 2010 di
Vancouver, Kanada terbuat dari hasil pengolahan limbah elektronik atau
disebut dengan E-Waste. Komite Olimpiade Vancouver (VANOC) menjelaskan
bahwa medali-medali tersebut akan diberikan kepada para pemenang dari
cabang-cabang olahraga yang diperlombakan seperti Ski Jumping, Ice
Skating, Bobsled (papan peluncur) dan lain-lain.
E-Waste (limbah elektronik) mencakup seluruh barang elektronik mulai
dari televisi sampai iPod. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal
Sciene tahun lalu menemukan bahwa e-waste telah menjadi komponen
limbah padat yang paling cepat pertumbuhannya di Amerika Serikat .
Lebih dari 1,36 juta metrik ton limbah elektronik yang dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Limbah elekronik yang dibuang kebanyakan
adalah ponsel, mp3 player dan barang elektronik lainnya.
VANOC memutuskan untuk menggunakan logam daur ulang dari e-waste
dalam pembuatan medali olimpiade. Hal ini diharapkan dapat membantu
permainan atlet dalam memenuhi salah satu dari tiga pilar Olimpiade
yaitu keberlanjutan.
Menurut laporan Mother Jones dikatakan Teck Resources, perusahaan
yang akan melakukan ekstraksi E-Waste berencana untuk memproses 15.000
ton limbah elektronik pada tahun ini.
VANOC juga berencana untuk mengandalkan sumber-sumber energi bersih
dan telah membangun struktur Olimpiade sesuai dengan standar bangunan
hijau. Dari berbagai sumber : suaramedia.com
sumber:
http://www.suaramedia.com/dunia-teknologi/sains/43763-bagaimana-menanggulangi-limbah-elektronik-yang-kian-membludak.html
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment