Indonesia memiliki 17.508 pulau yang tersebar sepanjang 5.100 kilometer di daerah khatulistiwa dengan garis pantai mencapai 81.000 kilometer dan luas laut 5.800.000 kilometer persegi. Seluruh sumberdaya yang terkandung didalamnya, baik air laut-dalam (ALD) yang berada di kedalaman lebih dari 200 meter, maupun air di permukaan merupakan hak serta kewenangan Indonesia dalam pengelolaan dan pemanfaatannya. Di antara pulau-pulau yang banyak itu terdapat pulau-pulau yang mempunyai daerah pesisir dekat dengan dasar laut yang landai dan tiba-tiba curam hingga kedalaman air 600 m bahkan lebih.
Sekitar 40 persen dari total area perairan Indonesia adalah ALD yang tersebar mulai dari bagian barat hingga ke bagian timur nusantara. Dasar laut bervariasi dari yang relatif dangkal hingga palung laut dengan kedalaman ribuan meter. Keadaan ini juga mempengaruhi arah dan pergerakan arus laut. Pergerakan arus laut terkenal dengan sebutan Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) – Indonesian Through Flow, sebagai suatu fenomena kelautan yang penting. Fenomena ini mengakibatkan proses upwelling yang membawa air yang kaya nutrisi dari lapisan ALD ke bagian permukaan. Di daerah upwelling ini produktivitas laut lebih kaya dibandingkan dengan daerah lainnya. ARLINDO ini juga membawa kandungan mineral.
Pembangunan industri ALD di Indonesia adalah suatu hal yang sangat tepat mengingat banyaknya daerah pantai yang memenuhi syarat sebagai lokasi industri ALD. Para peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB Bogor yang dimotori Prof. Dr. Bonar Pasaribu telah melakukan berbagai penelitian bekerjasama dengan perusahaan Jepang untuk mengeksplorasi potensi air mineral laut-dalam di perairan Indonesia. Hasil survei yang pernah dilakukan di perairan Indonesia seperti di perairan Gondol bagian utara pulau Bali, Selat Lombok, perairan sekitar Ujung Pandang, perairan sekitar Kupang, perairan Pelabuhan Ratu di selatan pulau Jawa, perairan Biak, menunjukkan bahwa perairan Indonesia sangat potensial untuk pengembangan industri ALD. Hal ini diungkapkan Dr. Jonson Lumban Gaol dari IPB yang terlibat dalam eksplorasi air laut-dalam dengan pihak Jepang di perairan Biak.
Manfaat ALD
ALD dengan kandungan mineralnya ini setelah diolah dengan baik, sangat penting dan bermanfaat untuk suplai air minum bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia. Penyediaan air mineral laut-dalam ini juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang. ALD setelah melalui proses desalinasi, juga memberi hasil sampingan, yaitu garam berkualitas tinggi. Di samping itu ALD dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan, yaitu untuk budidaya perikanan, budidaya pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, spa, dan sebagai pendingin ruangan.
Salah satu kelebihan ALD ini adalah mengandung mineral yang sangat kaya dan dibutuhkan oleh tubuh manusia, berbeda dengan air murni dalam kemasan yang tidak mengandung mineral. Karena manfaatnya yang sangat baik, maka industri ALD telah berkembang di Hawaii dan Jepang sejak sekitar 20 tahun silam, dan sejak sekitar 5 tahun yang lalu Korea Selatan, Taiwan, dan India juga telah mengembangkan industri ALD ini. Di Jepang sendiri terdapat 13 merek air mineral laut-dalam sebagai Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang beredar di pasaran hingga sekarang.
Mengapa Air Laut Dalam
Air laut-dalam disedot dari kedalaman lebih dari 300 meter. Lapisan ini berada di bawah lapisan termoklin dan juga di bawah lapisan eufotik. Air di kedalaman sekitar 300 meter ini suhunya berkisar 10 derajat celcius, bersih, kaya nutrien, kaya mineral dan stabil. Kondisi ALD ini berbeda dengan air laut di permukaan (di lapisan zona eufotik) yang sangat dipengaruhi proses yang terjadi di lapisan permukaan seperti fotosisntesis, pencemaran, suspensi sedimen dan blooming alga. Dengan demikian ALD sangat layak untuk dijadikan sebagai sumber air minum
Pengembangan Industri ALD di Indonesia
Pengalaman Prof. Bonar Pasaribu yang menimba ilmu selama 8 tahun di Jepang dan melihat perkembangan industri maritim di sana sejak 35 tahun yang lewat, membuat beliau terinspirasi tidak hanya mengembangkan pendidikan ilmu dan teknologi kelautan di Indonesia, tetapi juga mengembangkan industri maritim. Salah satunya adalah adalah industri ALD. Bekerjasama dengan Mr Kimiya Homma, kolega dari almamaternya (Universitas Tokai, Jepang), mereka merintis industri ALD di Bali.
Sistem yang umum digunakan untuk menyedot air dari laut-dalam adalah sistem permanen (dengan instalasi pipa sedot) dan sistem bergerak (dengan menggunakan kapal). Sistem permanen umumnya digunakan untuk industri skala besar sedangkan sistem bergerak digunakan untuk industri skala laboratorium dan menengah.
Untuk sistem bergerak, maka peran kapal sangat penting. Untuk kapasitas produksi yang besarannya dalam skala laboratorium, maka diperlukan kapal berukuran hingga 100 GT. Kapal terbuat dari bahan kayu dengan konstruksi kuat dan layak laut dioperasikan di laut. Kelengkapan kapal terdiri dari mesin pompa penyedot air (intake pump), selang penyedot air (intake hose), kawat baja dan tali penyokong (support wire and rope), winch dan mesinnya, peralatan navigasi (GPS, Echosounder, Radar, Radio), peralatan keselamatan (perahu, pelampung, penanda sinyal), dan tangki-tangki penyimpanan ALD.
Setelah hampir 2 tahun melakukan kajian, maka tahun ketiga telah mulai dibangun industri ALD di Bali. Industri yang dibangun masih dalam skala laboratorium untuk menghasilkan 1000 liter air mineral laut-dalam per hari. Setelah melakukan pengujian laboratorium dan memperoleh berbagai perizinan, maka saat ini air mineral laut-dalam dalam bentuk Air Minum Dalam kemasan (AMDK) yang pertama di Indonesia telah siap didistribusikan ke masyarakat. Produk AMDK ini di bawah PT Omega Tirta Kyowa dengan merek dagang ”Oceanic” telah mulai dipasarkan di pulau Bali.
nice post
ReplyDelete